December 27, 2011

3.Dilema


  Saat pelajaran berlangsung,Dara tak mendengarkannya sama sekali,pikirannya masih tertinggal menggantung bersama mading di koridor luar kelasnya,perasaan berkecamuk,antar senang,bingung,takut,tak mau sakit,takut berharap semua bergejolak mengalihkan perhatiannya dari papan di depan matanya dimana Bu Rita tengah asyik menjelaskan pelajaran,otaknya masih saja berkelian,mengingat kembali kejadia kemarin sore di bawah hujan,saat Dewa menggenggam tanganya lembut dan saat itu juga wajahnya memanas kembali,ia langsung mengerjapkan matanya membuang jauh jauh pikiran pikran itu,tapi sekuat apapun ia berusaha kenangan itu masih hangat di otaknya.
"Daraa...come on !! lupain,Masa' sih Dewa suka sama lu,gabakalan deh,udah luapin ya...hati,hati tenang,jangan loncat loncat gakaruan,"Gumamnya dalam hati seraya mengusap jantungnya,berharap hatinya pun ikut tenang di dalam sana.
  Ini adalah pertama kalinya bagi dia merasakan hal seperti ini,dan iapun tak pernah menyangka jika yang membuat hatinya bergejolak ini adalah teman Distha,terbesitpun tidak pernah apalagi membayangkannya.ia mengambil nafas panjang dan membuka matanya,mencoba konsentrasi akan apa yang di sampaikan gurunya di depan,mencoba mencerna apa apa yang sedari tadi ia tak hiraukan.Namun,jangankan memahami,memulai untuk melihat kedepan saja bayangan Dewa muncul kembali,ingin rasanya ia berteriak seketika itu,namun ia hanya mendesah dan berharap kelas cepat bubar siang itu,dan membiarkan bayangan Dewa berkelian lagi di otak hati dan benaknya.
  Setelah pelajaran usai,Dara langsung bergegas pulang,Adel mengikutinya dari belakang,menenteng tas ungu kesayangannya dan sengaja menyenggol Dara yang masih saja terdiam.
"Oi.....flunya udah ilang tuh,tapi kok suaranya ikut ilang juga ?"
  Melihat Adel disebelahnya,ingin rasanya ia bercerita tentang apa yang sedang melandanya,tapi mulutnya terasa kelu,dan apa yang keluar dari ucapannya jatuh berbeda dengan apa yang ingin ia ceritakan pada sahabatnya tersebut.
"Dicolong Robin hood,bisa lu ambilin ga ?"
  Adel tergelak,lalu menggandeng tangan Dara menuju gerbang depan,matanya mencari cari seseorang disana,"Dara sayang,lu berani kan yah pulang ndiri ?".
"Lu pikir gue anak TK....lu mau nyari si Robin Hood buat ngambil suara gue lagi ?" Adel terkekeh,geli mendengar lelucon Dara yang ga lucu.
"Nah,itu suara lu udah ada,gue........."
  Belum selesai Adel menjawab pertanyaan Dara,sebuah motor mendekati mereka,wajah Indra muncul di balik kaca helm hitam bergambarkan Devil tazmania itu.Adel langsung mengerlingkan mata kirinya ke Dara sebagai kode,Dara pun langsung menagkap cerita,pasti si Adel mau pergi bareng Indra,padahal baru kemaren dia ngomongi temen sepupunya yang cakep itu,eh sekarang udah gaet cowo laen,dasar Adel.
"Hi dra..jaga Adel ya,jangan sampe di culik Robin hood".Dara langsung bersuara.
"Pasti Dara,"kata
''Dhaaa Dara...baik baik ya..!!!"Kata Adel setelah menaiki motor Indra seraya melambaikan tangannya pada Dara,Dara hanya tersenyum sambil meledek ke arah mereka dan motornya pergi,dari agak jauhan terlihat Adel memberi kode lagi dengan meletakkan ibu jarinya dan kelilingkingnya ke telinga,menggambarkan ia sedang menelpon ke arah Dara,Dara hanya mengangguk dengan mengacungkan ibu jarinya ke udara.
  Belum semenit Adel dan Indra pergi dan Dara tengah menunggu angkot untuk pulang,mobil perak terlihat menuju ke arahnya,setelah mesin itu berhenti berbunyi,Dewa muncul dari pintu kemudi,memperlihatkan senyum menularnya lagi,Dara seketika menarik nafas panjang,memberi peringatan kemabali pada hatinya yang sudah tak karuan di dalam sana.Saat Dewa telah di sebelahnya,ia hanya menoleh dan tersenyum segaring mungkin,lalu meninju ringan pundak Dewa.
"Pakabar lu ?"
"Never better..."katanya selalu tersenyum,dalam hati Dara geli sendiri,pikirnya ini orang kok senyum terus sih,ah bikin gue meleleh jadinya,tahan nafas Dara...biasa ajah..cool...hmmmhh..
"Poni lu ga dipotong ? nutupin mata tuh !"kata Dewa sambil menyampingkan poni Dara yang mulai panjang.
   Wajah Dara terasa panas lagi saat Dewa menyentuh ujung poninya,matanya membelalak tiba tiba,ada rasa makin aneh di dalam hatinya,serasa hati itu sedang berjingkrak jingkrak ria mengikuti alunan lagu I love you bibehnya The changcuters.Dara buru buru menarik badannya sedikit kebelakang dan memasang wajah sebodo mungkin sambil mengacak acak poni yang tadi di pegang Dewa,
"Ini nih"....katanya seraya menunjuk poninya yang kini sedikit berantakan,"Sebagai daya tarik,penggemar gue ajah makin banyak gara gara terkesima sama nih poni,"Mantap ia meyakinkan jokenya.
  Dewa langsung menarik salah satu alisnya sambil tersenyum miring mendengar ucapan Dara,"Pantes,ga salah deh Fans lu nambah satu."
  Dara tergelak,"Fans nambah satu mah biasa ajah,fans gue tuh yah,terbentang dari dari sabang sampai merauke,"kali ini Dara menjelaskan dengan kedua tangan nya terbentang di udara,menggambarkan luasnya sabang sampai merauke.Dewa hanya tertawa ringan diiringi gelengan saat mendengar setiap celotehan Dara yang muali sedikit kePEDEan.
"Secara gitu yah Wa',gue ini kan..."Dara mengatur nafas,mentap Dewa mantap,sedang Dewa masih menunggunya dengan tawa yang di tahan,"Cewe tergokil dan terbeken di tiga dunia.".tak lupa Dara mengacungkan tiga jarinya,supaya meyakinkan Dewa,tak terelakkan tawa Dewapun tumpah,di sambung oleh tawa Dara yang tak kalah berisiknya.
"Iya deh percaya gue,gue aja kayaknya mulai terserang virus lu nih..''kata Dewa masih dalam tawa yang sudah mulai mereda,Dara hanya menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal.
"Makanya gue sekarang lagi nyari obat nih,biar ga keterusan sakitnya."
   Dara kerkekeh,"Obat sakit lu apaan ? sakit jiwa nih ? mau cari dimana juga ?harusnya sih lu ke grogol aja Wa'."Dara makin terkekeh,dan Dewa masih tertawa ringan,gelak yang tadi sudah tergantikan dengan tatapan lembutnya ke arah Dara.
"Ini gue lagi berobat,kan lu obatnya.."
  Dara terdiam,ia di buat teregun kembali oleh ucapa Dewa yang spontan,namun masih kabur keseriusannya di mata Dara,hampir saja ia tak mampu mencari kata lain untuk mengalihkan ucapan yang tak ia pahami tadi.Beruntung sebuah angkot datang dan berhenti di depan mereka,beberapa anak sudah memasuki angkot tersebut duluan,tak ingin kehabisan tempat,Dara langsung menaikkan kakinya ke ulut angkot dan menoleh pada Dewa.
"Gue balik ya Wa',"kemudian memasuki angkot itu dan duduk di pojok,ia melihat lagi Dewa yang masih berdiri di samping mobilnya,"Salam buat Robin Hood ya kalo lu ketemu."
"Dara..turun gih,biar gue anterin lu pulang.."kata Dewa,kali ini matanya tampak tak setenag tadi.
"Ah lu,gue udah di angkot ini...!!! coba tadi pas belum naek,ga niat ah lu !"Kata Dara sambil terkekeh di akhir ucapannya.aslinya ia bisa turun dan ikut bersama mobil Dewa,tapi ia tak mau,takut takut hatinya yang sedari tdai ke setrum bisa pingsan di sana,dan takut Dewa bisa membacanya.
"Nah lu langsung naek ajah tadi..."Dewa terlihat sedikit kecewa.
   Angkot mulai berjalan perlahan,"Besok deh Wa',kalo lu lebih cepet dari angkot ini ngajak guenya,okey !"katanya sambil mengeluarkan kepalanya sedikit dari jendela,jaraknya semakin jauh dari Dewa yang masih berdiri disana,Dewa hanya mengangguk pasti dari kejauhan.Di angkot Dara menahan senyumnya dan lonjakan hatinya lagi.
"Hati udah dong...jangan loncat loncat lagi...!!! tenang yah..."gumam ia dalam hati.dan angkotpun melaju ke depan.
*******

  Sesampainya di rumah ia langsung menuju dapur,mendekati mama nya yang tengah sibuk di dapur,membersihkan dapur.Dara mendekatinya,tersenyum selebar lebarnya pada wanita yang melahirkannya itu,merasa aneh,Nora mengangkat sebelah alisnya,dan ketika ia selesai mengelap lantai meja dapur itu itu,ia mendekati kulkas,mengambil air dingin menuangkannya ke gelas dan meneguknya habis.Dara masih tersenyum sendiri di sana dan Nora masih heran tak mengerti.Biasanya jika Dara suudah sok manis tiba tiba begitu pasti ada maunya,ia berjalan ke ruang tengah,menata bantal bantal kecil di sofa dan memposisikan dirinya untuk duduk santai di sana.
  "Seneng banget deh kalo pas gini ada mijitin kaki mamah..".katanya sambil meletakkan tangannya di leher seraya menggerakkannya ke kanan dan kekiri.
  Tanpa alih alih Dara langsung menyebu mamanya,mengambil posisi untuk memijat leher mamanya yang pegal,Nora tersenyum dalam hatinya bergumam,"Mau apa kira kira nih anak."
   "Aduh,kaki mamah juga pegel nih..."
   Dan tanpa menunggu aba aba lagi Dara langsung meluncur ke arah kaki Nora yang di selonjorkan di sana,ia duduk berebah di lantai,memijat kaki mamanya,dan senyum itu masih saja tampak di bibir kecilnya,Nora makin penasara,tumben sekali Dara gak langsung ngomong gini.Beberapa saat akhirnya Nora membuka pembicaraan.
  "Emang Dara mau apa sih ?"katanya seraya meluruskan kakinya yang telah usai di pijat Dara.
  Kini giliran Dara yang mengangkat sebelah alisnya,"Mamah sok tau ah."Katanya sambil beranjak akan pergi ke kamarnya,"Emangnya Dara tadi bilang kalo Dara pengen sesuatu ?".sekarang ia telah berdiri,menyandang kembali tas sekolahnya yang tadi ia letakkan begitu saja di lantai.
  "Ga sih,cuma biasanya kalo kamu tiba tiba sok manis gini kan ada maunya."
 "Sebagai anak yang baik kan memang harus bersikap manis mah." Dara kembali tersenyum seperti tadi,"udah ah,Dara ke kamar yah,mamah gamau di pijitin lagi kan ?"Dara pun melangkah ringan setengah meloncat seperti jalan seseorang yang di iringi nyanyian riang,memasuki kamarnya dan menutupnya rapat rapat.
__________

  Di kamarnya,Dara meletakkan tasnya serampangan di lantai,berjingkrak jingkrang melewati kamarnya menuju laci lemarinya,mengambil kaos dan celana yang terletak di bagian atas di antara tumpukan pakaian lain di laci itu.Ia pun langsung menanggalkan seragamnya dan berganti kaos putih bertuliskan 'What the hell' serta celana pendek selutut berwarna hitam.
  Ia berdiri di hadapan cermin seukuran tubuhnya yang bergantung di tembok kamar itu,memperhatikan wajahnya di sana,tersenyum sendiri,membelok belokkan matanya.Tiba tiba tergelak dan tertawa sendiri,sambil bergumam pada dirinya sendir,"jelek ah kalo gitu!".ia menyentuh poninya yang memang hampir menutupi matanya,teringat saat tadi Dewa menyentuhnya dan rasa panas itu muncul kembali,beralih menuju meja belajarnya,mencari cari gunting yang ia ingat ia letakkan di sana.
  "Nah ini dia,"katanya setelah menemukan sebuah gunting di bawah tumpukan bukunya,ia kembali menuju cermin tempat ia berkaca tadi,mengira ngirakan ujung poni yang akan ia potong,saat ujung gunting itu menyentuh ujung poninya,wajahnya tiba tiba berkerut,memikirkan sesuatu,dan langsung menurunkan tangannya yang tadi terangkat untuk memotong poni itu.
  "Jangan dipotong deh,sayang udah di pegang juga".ia tertawa setelahnya,membodoh bodohi dirinya sendiri,namun tetap pada keputusannya,ia takkan memotongnya.Dara mengesampingkan poninya ke sebelah kanan dahinya,merubah posisi poni yang biasanya lurus,menjadi miring.Wajahnya berkerut kembali,memperhatikan penampilannya dengan model poni barunya itu.
  "Not bad..."Katanya yakin,setelah puas akan hasil akhir poninya,ia meraih novelnya yang telah ia baca kemarin,dan berjalan menuju jendela kamarnya,tangannya mengambil Ipod yang tergeletak di pinggiran jendela putih itu,kemudian menaikkan badannya supaya bisa duduk di tembok pinngiran jendela.Setelah merasa posisinya nyaman,ia menyetel lagu dan mulai membaca novelnya,lagi.
  Ia menikmati kembali cerita yang tertulis di novel itu,gak ada bacaan lain,pikirnya.Sampai akhirnya matanya berhenti membaca saat intrument lagu first lovenya Utada hikaru terdengar di telinganya.Ia menutup novelnya,memejamkan mata,dan menyandarkan kepalanya ke pinggiran jendela.menikmati setiap alunan music lembut yang terdengar,meresapi indah suara piano dalam music itu,ingatannya kembali teringat pada sore kemarin,puisi Dewa dan tadi sebelum ia menaiki angkot,hal itu seperti slide show yang terus berputar di otaknya.Ada harapan saat ia teringat semua itu,namun ada ketakutan yang datang bersamaan,takut harapan itu cuma sekedar harapan,takut salah berharap atau sakit karna harapan.Namun,saat itu ia hanya ingin memikirkan tentang perasaannya saja,indah yang ia rasakan,rasa panas di darah dan wajahnya saat Dewa mendekat dan menggenggam tangannya di bawah hujan kala itu,atau getar tak karuan saat Dewa menyentuh ujung poninya tadi,ia tersenyum menyadari ini kala pertama ia merasakan hal itu,apa ia terlalu mudah untuk merasakan ini ? atau rasa ini hanya muncul begitu saja dan akan pergi juga begitu saja ? apa ini sementara ?,Dara tak mengetahui tentang itu semua,yang ia inginkan hanya kedamain itu masih ada saat Dewa di dekatnya,itu saja.Ia masih belum terlalu mengerti apa itu cinta,dan tak berani menamakan yang tengah ia rasa ini sebagi cinta,mungkin ini hanya perasaan yang numpang lewat saja,sebelum ia pergi Dara akan menikmatinya,itu pikirnya.
  Terdengar suara pintu di ketuk di susul oleh suara Distha yang berteriak dari luar,"Boleh masuk ga kakak ?",Dara mendesah ringan sambil menuruni jendela,mulutnya menganga hendak menjawab Distha yang tengah menunggu di luar,tiba tiba Distha sudah masuk ke kamarnya,"Boleh,silahkan saja kakak Distha yang cakep,"Kata Distha sendiri,Dara langsung memasang wajah kessal,Dengan senyum jahilnya Distha mendekati Dara yang sedang melepaskan earphone dari telinganya.
 "Kalo muka lu tambah di kerut kerutin gitu,makin jelek tau gak,''kata Distha terkekeh mengoda Dara,sedang yang di goda hanya terdiam dan menambah effect kessal di wajahnya dengan menyatukan kedua alisnya.Distha langsung saja tidur di ranjang Dara,semakin kesal dia dibuatnya.
 "Disthaaaaaa.........."katanya hampir berteriak,setiap kali ia kesal,kata 'Kak' yang biasa ia gunakan untuk memanggil Distha hilang begitu saja,"Tidur dikamarnya gih,! suka banget sih gangguin Dara,"Distha tak menggubris ia makin menumpukkan dua bantal sekaligus ke kepalanya.
  Dara langsung merubuhkan badannya di punggung Distha,"Eh gila berat tauk !"Kata Distha seraya menggeser badannya agar tak di tindihi Dara lagi,"Badan sih kecil,tapi berat,ga bisa napas gue !"kata Distha sambil mengatur nafasnya yang sesak,Dara terkekeh berhasil membalas pikirnya.
   Siang itu ranjang Dara terasa sesak berbagi dengan Distha yang sudah terlelap dalam mimpinya,sedang Dara yang sedari tadi memejamkan mata tak mampu menyusul kakaknya di dunia mimpi,ia mengatur nafas panjang,dan beranjak keluar,mencari kesibukan lain dari pada bersesak sekan ria bersama Distha yang mungkin tak bisa di usir lagi,ia menuju kulkas,menuangkan air dingin ke gelas kemudian meneguknya habis.Melangkahkan kembali kakinya ke ruang tengah,terlihat sepi,mamanya mungkin di kamar pikirnya.Ke ruang tamu,ia mendekati jendela yang tingginya melebihi dirinya,setengah menjinjit ia berusaha melihat keluar,padahal di sebelahnya ada jendela yang lebih rendah,tapi ia lebih memilih berjinjit.Ia membalikkan badannya berhenti pada asbak kosong yang tertata di tengah meja ruang tamu tersebut,mengingat gaya Dewa yang beberapa malam lalu datang dan memaikan asbak itu.
__________

   Malam itu Dara bingung di kamarnya,ia baru saja di telpon oleh Adel,menceritakan yang terjadi saat ia dan Indra pergi nonton berdua,Dara jadi semakin bingung dengan perasaannya pada Dewa.Ia takut apa yang ia rasakan seperti yang di katakan Adel di telpon malam itu,
  "Jadi maksud lu,lu ga naksir gitu sama si Indra ?"Tanya Dara heran.
  "Indra cakep emang,sapa sih yang ga suka di deketin cowo kayak dia Dara sayang,"Kata Adel di sebrang sana,
  "Nah,terus tadi kok lu bilang ga ada rasa sama Indra ?"
  "Dara,gue ini masih 16 taon,masih ga ngerti cinta,gue suka sekarang sama Indra,ntar lagi biasa ajah,ada yang cakepan dari dia gue juga suka."jelas Adel,
  "Jadi,seneng bareng,suka,belum tentu cinta gitu ya ?"
  "Gue ga ngerti Dara,karna gue belum pernah merasakan yang bener bener cinta,gue masih merasa suka ajah."
   Ia makin bingung,mungkin apa yang ia rasakan adalah suka yang di maksud Adel tadi,bukan cinta.Karna dia masih belum mengerti cinta saja makanya hal itu masih samar,ia meyakinkan hatinya kalau apa yang ia rasakan hanya perasaan senang karna di dekatin cowo model Dewa,bukan berarti dia suka Dewa apalagi sebaliknya,Mungkin Dewa bersikap baik seperti itu ke hampir semua orang,dia saja yang ke GRan,merasa di bedakan,padahal itu biasa saja.Dewa kan memang di kenal sebagai anak yang baik pada semuanya,ga yang lebih tua saja,tapi sikapnya yang ramah pada yang lebih muda membuatnya terlihat begitu sopa.Mungkin Dewa hanya membaikinya,dan ia merasa yang lebih dari itu,hanya perasaannya saja. 
  Dara menaikkan kedua kakinya ke tembok,memikirkan apabila ia benar benar cinta Dewa,tapi tidak sebaliknya,ia segera membuang pikiran pikran aneh yang tersu saja menghantui otaknya.ia segera membenamkan kepalanya dalam bantal,mecoba memejamkan mata sekuatnya,walau otaknya masih berkeliaran tapi ia terus memaksakan.Lama ia tak tertidur hingga akhirnya terlena dalam pejamnya yang mengtarnya ke lembah mimpi jauh di sana.

No comments: