December 26, 2011

2.Kau dan hujan saat itu.



  Seorang lelaki berumur 55 tahun memasuki kamar Dara,dilihatnya anak perempuan itu terlelap tidur,ia menatap wajah itu sebentar dengan mata sayunya,entah apa yang ada dipikirannya saat itu.Wajahnya terlihat lesu,namun keramahan dalam wajah itu tak pernah pudar.Ia mendekat ke ranjang anak gadisnya,membangunkannya lembut seraya mengelus rambut Dara.
"Dara,ayo bangun !"katanya lembut.Karna merasa ada seseorang membangunkannya Dara membuka kedua matanya yang hampir tak mampu di bukanya,dalam samar ia melihat seraut wajah yang amat di kenalnya sedang tersenyum dan menunggunya bangun dari mimpinya,Dara masih enggan bangun,ia tarik lagi selimut yang telah lepas menyelimuti badannya.
"Ayah.....udah dateng,jangan ganggu tidur Dara dong..!!"katanya manja dengan mata tertutup.
"Ayo bangun,kata mamah kamu belum makan malem."
"Lagi ngimpi nih...hmmmhh.."
"Ayo..!"kali ini ayahnya sambil menarik kedua tangan Dara,dan merasa tak bisa menolak lagi,Darapun mengikuti perintah ayahnya itu dengan malas,dan bibirnya di monyong monyongkan,mereka memasuki ruang makan malam itu,terlihat mamanya tengah sibuk menaruh beberapa lauk di atas meja,melihat Dara datang bersama ayahnya ia tersenyum.
"Kalau bukan ayah yang bangunin,mana mau dia yah."katanya seraya tersenyum.dan Dara masih memonyongkan bibirnya,ia duduk di kursi meja makan itu masih di kuasai malas,tapi melihat makanan di depan matanya,bakteri perutnya mulai beraksi,semangat makannya muncul kembali.akhirnya malam itu Dara makan malam bersama dengan ayah dan mamanya.
"Distha di tempat temannya mah ?"tanya suaminya pada Nora mama Dara saat makan malam telah usai.
"Iya yah,rame rame sama temannya,biasa kalo malem minngu dia suka gitu kan,mamah pikir dia sudah izin sama ayah,emang belom ya ?"jawabnya pada Adrian,"Dara,kakinya turunin !"Kali ini ia sambil menegur Dara yang menaikkan kakinya ke kursi,Dara pun menurunkan kaki kanannya yang tadi bertengger di kursi yang ia duduki tersebut,dan terus meneruskan makannya.
"Iya sudah,tapi ayah gatau tepatnya kapan."kata Adrian lagi sambil meneguk minumannya,"Bilang sama dia suruh serius belajar,ayah sudah menyiapkan tabungan buat dia kuliah di Melbourne."kata adrian mantap.
"Tuh si bawel juga suruh belajar yang bener yah,mana kamar berantakan terus,kalo di bilangin mamah gamau denger,"kali ini Nora menunjuk pada Dara yang telah usai makannya dan sedang tiduran di sofa,kekenyangan barang kali,mendengar namanya disebut Dara mendongak dari balik sofa,melihat mama nya yang mengadukannya pada sang ayah.
"Dara sibuk yah,jangan disuruh beresin kamar ya,ntar juga beres kalo Dara kena flu."katanya meyakinkan.
   Adrian tersenyum mendengar jawaban anak gadisnya,lalu beranjak dari meja makan menuju ruang tengah,dimana Dara sedang tiduran di atas sofa merah marun di sana.sambil duduk di dekat Dara,adrian bertanya.
"Sibuk apa ?",sambil berjalan Nora menjawab pertanyaan suaminya yang di tujukan pada anak gadisnya itu,"Sibuk ngitungin tetesan gerimis."jawabnya dan duduk di kursi dekat mereka,Dara tertawa mendengar jawaban mamanya itu.
  Malam itu Dara,ayah dan mamanya bercerita bersama di ruang tengah,walau tanpa Distha kehangatan rumah itu tetap terasa,meskipun sebenarnya ada satu anggota keluarga lagi yang telah lama hilang,namun hal itu tak pernah merusak kehangatan keluarga itu.Sebenarnya terkadang hal itu sering membuat Nora menangis sendirian di dapur dan Adrian selalu memikirkannya di tempat kerja,sedang Dara dan Distha,keduanya hampir tak pernah membicarakannya.Seaakan yang hilang itu tak pernah ada,bukan untuk menghapusnya dari keluarga,melainkan memalingkan masalah itu agar tak terasa ada yang hilang,dan kerinduan itu tak tampak,walau hati kedua orang tua itu sangat merindukan sosok yang jauh dari mereka.
*******
Senin,3 November 2008.

   Dara membolak balik Novelnya,ia suah membaca halaman terakhir itu 3 kali,namun ia terus membolak baliknya,Adel,teman dekatnya merasa heran melihat Dara begitu.Adel adalah sahabat dekat Dara dari mulai mereka kecil,dengan sosok yang agak berbeda mereka menjalin persahabatan yang tak pernah mereka ikrarkan,menurut mereka tak ada persahabatan yang perlu untuk di ikrarkan,tapi kita hanya menjalankan semua itu dengan rasa sayang yang tak pernah lepas,maka hubungan itu takkan pernah berakhir.
"Heh...ngapain juga di bolak balik,lu bolak balik terus sampe kapan taon juga tetep begono tuh buku..."Kata Adel sambil terkekeh sendiri.
"Endingnya gasuka lu ? atau halaman belakangnya hilang ?"Tanyanya lagi.
"Gue sih berharep ada Batman atau shincan gitu Del muncul di episode belakang,"Dara menjawab ngasal.
Adel tergelak dan tertawa ,"Huhhhh.dasar lu ! hahaha".Darapun cekikikan.
"Minggu kemaren tumben gamaen kerumah lu? kemana ajah ?"Kali ini giliran Dara yang bertanya pada sahabatnya dari TK itu.
"Hehehe,lupa gue gangasih lu kabar yak,pergi sama nyokap gue,"
"Kemana ?"
"Coba tebak,gue kemana ?"
"Peta...mana peta...!!!"Spontan Dara meminta entah pada siapa.
"Ah,kumat Dara gila lu,masih di jawa barat ini lu mau cari di peta."kontan merekapun tertawa.
"Nah lu,gue tanya,suruh tebak,mau peta dong gue,sapa tau lu berkunjung ke pulau pulau terpelosok yang gue gatau apa namanya kan."
"Kebandung gue,sepupu gue si Evan kan dateng dari jerman jum'at kemaren makanya gue sama nyokap kesono,Evan makin cakep ya dari jerman,apalagi tau ga lo dia bawa temen gitu,cakepan dari si Evan Dara."Adel bercerita sambil senyum senyum mengingat kunjungannya ke Bandung kemarin.
"Naksir  ?"Dara bertanya ringan,
"Cewe normal mana sih yang ga meleleh ngeliat cowo cakep model begitu."
"Sepupu lu umur berapa Del ?"
"23an atau 24an gitu Dara,kenapa ?"
"Kalo si Evan itu umur segitu,pasti temennya juga pasti umuran segitu juga ya,nah lo,16 taon,dia eemmm 23 lah,jarak berkisar satu,dua.....tujuh tahunan gitu."kata Dara sambil menghitung dengan jarinya,memperkirakan jarak atara umur Adel dengan teman sepupunya itu,"Mau ? tua !"kali ini dia bertanya dengan wajah tak meyakinkan.
"Hahahahaha....bego bener gue ya,hahaha,tua ya,"Adel tertawa menyadari hal itu.
   Dara tertawa,"Bukan lu yang maksud gue mau atau kaga',itu temen sepupu lu mau ga sama anak ingusan model kayak lu ?"Dara tergelak geli,"mendinglah kalo lu dewasa,anggun gitu,nah ini..!"Dara masih tertawa tak bisa di tahan,sedang Adel memasang wajah kesal mendengar celotehan Dara."Dasar lo,ada cakep aja di lirik,noh si Yudi seumuran.lebih menjanjikan,hahahah",Adel langsung menoleh ke arah nama yang disebutkan,terlihat di sana Yudi,sedang duduk di bangkunya dengan sebungkus besar makanan,dan tersedia pula sekaleng minuman,Adelpun tak terlewatkan pada suasana dibawah bangku Yudi ada beberapa bungkus roti yang tak ia buang ke tempat samapah,melihat hal itu Adel menelan ludah dan menoleh lagi ke arah Dara yang masih terkekeh.
"Dara,kalau gue sama dia,sama aja gue punya peliaraan."Dara makin tertawa medengar jawaban temannya itu,tak lama kemudian seorang guru memasuki kelas,terlihat Yudi kegopohan membereskan bangku dan sampah di bawah bangkunya,kemudian memasukkan semua itu kedalam lacinya,Adel yang masih melihat hal itu ikut terkekeh bersama Dara.
******
   Dara berdiri di depan kaca jendela dapur sore itu,menyaksikan tetesan hujan turun,keinginannya sudah berdemo ria dalam benaknya,mengajaknya berjingkrak jingkrak ria di bawah guyuran hujan di halaman rumahnya,merasakan dinginnya air langit itu terhempas ke wajahnya,berlari lari ria dengan lumpur yang ia ciprat ciprat kan,terlihat konyol dan kekanak kanakan memang,tapi itulah kesukaan Dara dari dulu sampai sekarang,bermain air hujan,kalau dulu ia sering di temani dengan Distha,tapi berhubung Distha sudah bertambah besar akhirnya enggan saat diajak Dara ujan ujanan lagi,meskipun umur hampir 16 tahun,tapi kalau sudah ketemu hujan,Dara seperti anak berumur 8 atau 9 tahun.Menyenangkan katanya berbasah basah ria di guyur hujan.
   Ia mendesah panjang,menyadari kalau sore ini ia pasti takkan boleh berlari lari dibawah syurga yang sedang lewat dihalaman rumahnya itu,ia menoleh pada mamahnya yang hampir selesai mencuci piring di washtafel,ia memasang wajah semelas mungkin menatap mamanya yang sudah mengelap tangannya yang basah sehabis mencuci piring piring tersebut.
"Mah.....".kali ini wajahnya memelas,mamanya hanya menggeleng ringan dan beranjak menuju ruang tengah menyalakan Tv dan menyaksikan acara berita sore itu,"Sebentaaaaarrrr doang..janji !!! abis gitu ntar aku minum obat,mandi air panas dan beresin kamar."
  Nora tak menggubris omongan Dara,ia hanya melihat acara berita kala itu,yang tengah memberitakan banjir di Jakarta,"Hemmmm,,,ujan terus jadi banjir yah dimana mana."di tolehnya Dara yang mematut wajah kesal,memonyongkan bibirnya kedepan,dan tak mendengarkan pendapat Nora tentang berita tersebut,matanya berkedip kedip,tetap menahan kesal.
   Nora mendesah ringan,"asal janji yang tadi di tepatin dan jangan lupa pake jas hujan,pokoknya sebentar aja!"
    Mendengar hal itu,spontan Dara membuang wajah kesalnya dan seketika berubah ceria,ia langsung berlari menuju pintu belakang rumahnya."Maksassssiiiihh yaaa maaaaahh...."teriaknya seraya berlari,dan meraih jas hujan berwarna kuning di dekat pintu dapur,kemudian berhambur begitu saja di tengah hujan,berlari lari,berjingkrak jingkrak kegirangan.
   Dara mengangkat wajahnya tinggi tingi ke langit,tersenyum lepas saat butiran hujan itu mengenai wajahnya,merasakan dinginnya yang menyentuh kulit luarnya,merasakan aliran air hujan yang berjalan perlahan ke lehernya.Sebuah honda jazz berwarna perak mendekati halaman rumahnya,Dara merasa mengenali mobil itu lalu mendekati kaca sang supir,tanpa dipinta orang tersebut sudah mebuka kaca mobil nya,seketika tersenyum pada Dara yang basah dibalut jas hujan berwarna kuning tersebut.
"Distha tidur di kamarnya,lu masuk ajah,mamah di dalem,ntar di bangunin dianya."Katanya langsung.
  Dewa tersenyum lagi mendengar ucapan Dara,serasa telah dibaca tujuannya kemari."Kayaknya gue gabakal ketemu Distha lagi deh,"masih dengan senyumnya.
"Loh gak papa ntar dibangunin dia,lagian dia udah tidur dari siang Wa'."Dara meyakinkan.
"Ga usah deh,gue ketemu sama lu lagi ajah ya,"masih dengan senyum itu,senyum menular yang selalu membuat lawan bicaranya tertular untuk ikut tersenyum,"Hujan hujanan bareng !"
"Mau lu ? gue ambilin jas hujan juga ya ?"Dara menawarkan.
  Dewa langsung keluar dari mobilnya,sebelum Dara beranjak mengambilkan jas hujan untuknya,kontan bajunya langsung basah di guyur hujan,"Ga usah,gini aja."
   Sudah sekitar 20 menit mereka menikmati hujan sore itu,Dara berlari ke luar halaman rumahnya,di ikuti Dewa,menuju sebuah lapangan dekat komplek rumahnya,berkisar 100 meter dari rumah,Dara berlari lari ceria disana,Dewa menyaksikannya dengan senyum yang tak lepas dan pandangan berbeda dari biasanya.
  Sambil merentangkan kedua tangannya Dara mengangkat wajahnya ke langit."Lu tau ga Wa',melalui hujan,langit memberikan  kesempatan untuk mengenang."
  Dilihatnya gadis mungil yang tengah menikmati dingin tetesan hujan itu,ada perasaan tenang saat ia mulai mendekatinya,Dewa menatap Dara,menggenggam halus tangannya,Dara salah tingkah,wajahnya panas,tersirat serabut merah di kedua pipinya,bingung,malu."Gue tau,dan gue ngarasin itu sekarang."
  Semburat merah itu masih menghiasi pipi Dara,spontan ia melepaskan genggaman Dewa itu perlahan dan tertawa terbahak bahak,melesat lari di tengah hujan lagi,mengalihkan hatinya dari gejolak aneh yang menyerang bersamaan dengan gennggaman tersebut."Asal lu gabakal bilang dapet kenangan aneh ajah sama gue!".ia masih berlari lari ringan di tengah hujan.
  Dewa menyusulnya dan ikut tertawa,menyadarai tingkah Dara yang di sengaja agar merubah suasana tadi,"Itu yang susah Dara,masalahnya semua yang berhubungan sama lu aneh."Keduanya terus terkekeh bersama,bersamaan dengan gejolak aneh yang masih hinggapi perasaan Dara yang di tutup tutupi,bersamaan dengan decak kagum Dewa yang terus mengiringi senyumnya,sampai akhir keduanya menghilang di telan suram deras air hujan.
*******
    Suasana pagi itu terlihat lenggang dari biasanya,mungkin pengaruh hujan yang mulai kemarin mengguyur kota,membuat para siswa lebih memilih untuk berada di ruang kelas mereka untuk sekedar menghangatkan pagi,tanah becek membuat mereka enggan untuk menghampiri halaman sekolah,Dara memasuki ruang kelas dengan mengenakan jaket kuningnya,mendekati Adel yang terlebih dahulu datang pagi ini.
"Rencana gue mau bolos ajah pagi ini,tapi gadi bolehin sama mamah,".kata Adel saat Dara duduk di bangku sebelahnya.
   Dara mengusap mukanya,hidungnya memerah,flu yang mulai kemarin sore menyerangnya tak mau berhenti,membuat Dara merasa kesal dan enggan bicara,melihat keadaan sahabatnya Adel sudah mengerti dan langsung mengangkat kepalanya yang sedari tadi ia tidurkan di atas bangku.
"Dasar idung eror....!!! minum Vitamin banyakin.!"
  Dara hanya memperlihatkan wajah kessalnya pada Adel,dan Adel terkekeh melihat hal itu,ini adalah saat dimana ia bisa meledek Dara tanpa satupun balasan,karna sahabat bawelnya itu akan lebih banyak terdiam saat flu,kalau pas waktu sehat saja omongannya suka ga bisa di rem,sampe pendengarnya gatau di mana letak titik atau koma yang ia gunakan dalam setiap omongannya,nafaspun kayaknya tidak,kata Adel sih,Dara punya persediaan oksigen berlebih di dalam paru parunya saat ia mula berbicara,makanya ia gabakalan nyempet nyempetin berhenti untuk nafas kalau sudah mulai berbicara.
  Jam 10 pagi itu,udara mulai tersapu kembali akan sinar matahari,membuat suasana yang tadinya begitu dingin mulai hangat,Dara berjalan malas menggeret kakinya di koridor,sudah sejam lebih ia menahan kencing di kelas,malas,dingin semua bercampur jadi satu,namun karna tak mau ambil resiko dengan menahan kencing lagi,maka ia putuskan untuk ke toilet,walau dingin menyerang.Dari kejauhan ia melihat Adel berlari riang mendekatinya,Adel melihat Dara masih menyimpan wajah kesalnya,dan terlihat ingin ke kamar mandi.ia tertawa tak bisa di tahan.
"Mulai tadi ya kebeletnya,hahahaha......!!"
"Nyebelin lu ah Del..!!!"umpat Dara.
"Kan ketularan lu Dara."Adel masih tetawa,"Eh lu tau ga ? lu suka hujan kan ya ? noh di mading ada puisi tentang hujan,bagus baget,gue ajah suka,apalagi lu,anaknya hujan."kali ini Adel langsung menarik tangan Dara menuju mading.
  Dara mencoba melepas tangannya yang erat di tarik Adel,"Del,gue mau pipis nih,"..katanya seraya mencoba terlepas dari pegangan Adel,Adel tak mengubris,Dara makin kesal,pasalnya dari tadi ia tahan kencing,di saat ia putuskan untuk ke kamar mandi malah Adel menyeretnya ke tempat yang mana ia semakin menjauh dari toilet.sesampainya di sana terlihat ada beberapa anak yang memenuhi tembok dimana majalah dinding sekolah tersebut di tempel.
"Nah ini dia !"kata Adel,kali ini ia telah melepas tangan Dara,"Baru dipasang tadi pagi,baguskan warnanya biru..!"timpalnya lagi.
  Dara memonyongkan bibirnya,"Masa bodo',gue pengen pipis..!'katanya berusaha pergi sebelum melihat satupun isi mading tersebut,Melihat hal itu,Adel langsung meraih tangannya lagi,"Eit..baca dulu ! udah sampe sini juga."
   Dengan malas Dara memajukan badannya mendekati Majalah yang tertempel di tembok tersebut,Mading berwarna biru itu terlihat biasa biasa saja baginya,rasa ingin membacanyapun tak ada sama sekali hilang oleh rasa kebelet kencing yang ia tahan dari tadi."Sudah !!!..."katanya menoleh pada Adel,"ke toilet gue sekarang.."
"Eh udah apaan,lu belum baca kok,"kata Adel,sekarang ia membalikkan badan Dara yang mungil tersebut dan menghadapkannya dengan tulisan di pojok halaman biru tersebut,jari Adel menunjuk ke puisi berjudulkan "Kau dan hujan saat itu (kenangan)".
  Mata Dara langsung menyusuri bait bait yang tertulis di bawahnya,tercenganglah ia saat menemukan sebaris kata di akhir puisi tersebut ;
Kau dan hujan saat itu (Kenangan)


Kutatap ia di sana,
dengan sepenggal senyumnya yang nyata,
meneriakkan keindahan kala hujan itu tiba,
mengguyur lepas dengan indahnya.


Hujan kali ini....
saat kutatap kedalaman matanya,
semburat merah meraup mewarnai wajahnya yang basah,
hujan kali ini,menghadiahkanku dingin dalam hangatnya.


Tetesan itu mengaliri bingkai wajahnya,
suara riuh deras hujan itu hilang oleh sebuah genggaman tangan
tawanya memecah kesunyian,
dan berlari lagi di tengah arus hujan.


yang tersisa sekarang....
melalui hujan,langit memberikan kesempatan untuk mengenang.

    Aldara tercengang,ia ingat betul dengan kalimat terakhir yang ia baca,ia mengerjap ngerjapkan matanya dan membacanya kembali,berharap ia salah membaca kalimat itu tadi,namun sayang tetap kalimat itulah yang ia temui,sampai ia tak sadari lagi rasa yang ia tahan tadi.Langsung ia mencari nama penulis itu di pojok tulisan,iapun temui nama yang sama yang sedari tadi ia sangkakan,Dewa.ia masih tak percaya,teringat jelas saat Dewa menggenggam tangannya di bawah hujan sore kemarin,ia menghempas ingatannya,
"ahhh...mungkin dia hanya sekedar menuliskannya saja,tak ada apa apa".
"Balik ke kelas yuk Del !"katanya membalikkan badan melihat Adel,
"Loh... toilet ???"kata Adel,ia masih ingat betapa temannya yang satu itu tadi menolak ia ajak ke mari karna ingin ke toilet katanya.
"Lo mau ke toilet ? silahkan ! gue kekelas yah..."kata Dara ngeloyor pergi meninggalkan Adel yang masih melongo.
"Hah !!! dasar aneh !!!"
******
 

No comments: