December 25, 2011

1.Hujan kali ini.


November 1,2008


  Sore itu Dara menghirup udara sore yang yang basah oleh hujan,bau tanah yang basah seakan menghipnotisnya.pelan pelan ia hirup udara segar sore itu sambil memejamkan mata dan bibirnya tak lepas dari senyum cerah yang seakaan menjadi ciri khasnya.Ia berdiri di depan jendela kamarnya,membuka kaca jendela itu lebar lebar,sesekali ia dekatkan wajahnya sedikit keluar dari jendela dan merasakan butiran gerimis menampar wajahnya,lalu iapun mendesah bahagia.Entah mengapa ia begitu menyukai hujan,faktor kelahirannya yang berbarengan dengan musim hujan yang selalu ia andalkan untuk menjawab pertanyaan orang orang mengenai hal itu.ya,dia lahir di bulan November,tepat pada tanggal 21 enam belas tahun yang lalu kurang 20 hari dari sekarang.
   Tiba tiba pintu kamarnya terbuka pelan,seorang wanita berusia sekita 49 tahunan muncul dibalik daun pintu berwarna coklat muda tersebut.Dara menoleh dan tersenyum ceria pada wanita yang memasuki kamarnya tersebut,dan sedikit menjauhkan dirinya dari jendela,dan wanita tersebut hanya mendesah seraya menggeleng gelengkan kepalanya.
  "Aldara....kebiasaan ah !" ucap wanita itu mendekati putrinya sambil mengusap poni Dara yang hampir menutupi mata.
  "Ini namanya menikmati keindahan alam mah,"jawab Dara lalu duduk di kursi yang terletak di sebelah meja belajarnya.
  Terlihat meja itu sungguh berantakan,berbagai macam buku berceceran di atasnya,bahkan sebelum Dara duduk pun ia sempat mengambil buku yang ada di kursi yang akan ia duduki dan memindahkannya diatas tumpukan buku buku lain yang ada di sebelah mejanya itu.
  "Kapan mau beresin kamar ?"tanya mamanya,matanya menjelajahi isi kamar anak perempuannya tersebut,melihat betapa tak rapiannya dia.Ini adalah kebiasaan yang udah terlalu biasa bagi Dara,kamar berantakan,ia hanya akan membersihkannya saat ia terserang flu,karna kata dia saat ia terserang flu seakan akan udara kamar ini bedebu,makanya jika mama nya atau anggota rumah itu masuk ke sarang Dara dan melihat sarang itu berubah menjadi kamar,maka mereka pun akan langsung tau bahwa pennunggu kamar itu pasti sedang terserang flu,jika tidak,mana mungkin ia mau membersihkan kamarnya.Tapi kebiasaannya ini bukan karna ia malas,meski itu sebenarnya adalah salah satu faktornya,namun kata Dara,ia tak betah jika kamarnya rapi,ia tak bisa seenaknya tidur dan seenaknya meletakkan barang di sana sini,kalau kamarnya rapi ia tak tega untuk menghancurkannya,ya walaupun tanpa di hancurkan kamar itu akan hancur dengan sendirinya.
  "Nunggu flu ma,kan lagi musim ujan,besok mungkin udah flu"Jawabnya ringan.
  "Kamu flu,kamar rapi tapi mama yang susah,makanya jangan ujan ujanan terus."
  "Kan menikmati hujan selagi November ma,"Jawabnya spontan sambil terkekeh.
  "Terus selama november mama harus ngurusin kamu yang flu terus ?" Dara terkekeh mendengar mamanya  ngomel sore itu,memang kalau dia lagi flu sangat merepotkan,bahkan di bandingkan saat ia sakit typhus setahun yang lalu,lebih merepotkan lagi saat ia terserang flu,tak tau mengapa anak satu itu sangat sensitive,pemarah dan diem serta merepotkan saat flu,dan susahnya lagi dia gampang terserang flu,bila saja cuaca sangat dingin,atau dia tidur lewat dari jam 12 malam,maka tak heran jika pagi hari di meja makan ia sudah bersuara haccyiieem hacyyiiemm.Namun seringnya cuma sebentar,kalau sudah terkena matahari siang flunya perlahan menghilang,di serap ultra violet mungkin.
  "Udah,jangan deket deket jendela lagi",mamanya mendekati jendela kaca berpinggiran kayu putih itu lalu menutupnya.dan pergi menuju pintu kembali,saat pintu hampir tertutup terdengar Dara mendengus panjang,seakan tak rela pertemuannya dengan hujan sore ini harus berhenti karna mama nya menutup jendela.
  "Awas dibuka lagi !"Kata mamaya muncul kembali lalu mengilang di balik pintu coklat tersebut.dan tinggallah Dara yang terduduk di kursi itu mematung melihat sekeliling kamarnya dan berhenti di meja belajar yang ada di sampingnya,sebuah novel tergeletak di dekat buku fisikanya,dengan ringan ia mengambilnya dan berdiri dari kursi yang ia duduki menuju kasur empuk di pojok kamarnya dan melempar badannya ke tengah ranjang itu.
  "Mama payah ah,baca buku deh",tangan kirinya meraba kasur dan mencari sesuatu,karna tak di dapati barang yang ia cari,kini giliran kakinya yang menjelajah ke arah kanan dan kiri,dan terhenti di dekat bantal yang hampir terjatuh dari ujung ranjangnya,sebuah headseat terseumbul dari bawah bantal,di kaitkannya kabel headseat tersebut dengan jari jari kaki kanannya serta menariknya dan kaki itu pun sudah bersilang di depan badannya dalam keadaan itu ia meraih sebuah ipod putih yang bergelantungan dari kakinya mengambilnya dan meletakkan kedua speaker kecil itu ke lubang telinganya,tangannya dengan lincah memencet tombol tombol kecil pada ipod tersebut,setelah merasa mendapatkan apa yang ia mau,ia pun memencet tombol play,dan suara Amy lee yang membawakan lagu my immortal,Dara mulai membuka novel dan membacanya dari halaman yang ia tinggal semalam.
  Beberapa saat kemudian,matanya terasa berat,mungkin pengaruh lagu slow yang di bawakan vokalis Evanescence itu serta di dukung oleh cuaca yang memang membuat hampir setiap orang ingin memejamkan mata,ia pun melempar buku yang sedari tadi ia pegang ke arah kanannya,terdengar suara buku terbentur tembok dan jatuh ke kasur di sebelah Dara bebaring,tapi ia tak menggubrisnya,hanya mengabil bantal lalu menutup kepalanya dengan bantal yang ia pegang dengan tangan kanannya,memejamkan mata dan suara khas Amy lee masih menemani sorenya.
    *******
   "Hey,mangrib maghrib cewek kok tidur,ga boleh tauk,kalo kata orang sunda pamali atuh neng."Dara membuka kedua matanya dengan berat,terasa pundaknya di guncang guncangkan,dan bantal yang tadi menutupi wajahnya telah hilang entah kemana,di lihatnya Distha tengah duduk di sebelahnya sambil terus menggoyang goyangkan badannya yang masih berbaring di atas ranjang.
  "Apaan sih kak....pergi sono !!!"katanya kessal dan mengambil bantal lain kemudian menutupi kepalanya lagi,kebiasaan setiap ia tidur.
  "Maghrib ini,ayo bangun,di marah mamah loh kalo ketauan,"kata Distha lagi,kali ini ia meraih ipod Dara yang telah lepas dari telinga anak itu saat ia tertidur tadi.
  "Ga bakal tau kalo kakak ga ngomong,udah deh sana ! lagian ngapain masuk kamar Dara,ga pake ketok pintu lagi !"Kata Dara berteriak dari balik bantal.
  "Udah di ketok,kamunya aja yang ga denger."Distha bangkit dari tempat duduknya,menuju meja belajar Dara yang berantakan,membuka laci dan menemukan beberapa DVD film di sana,ia meraih sebuah DVD berjudul Push dari sana,dan berbalik menuju Dara.
  "Dara,kakak pinjem ya "Katanya seraya mengangkat DVD itu.Dara pun akhirnya bangkit dan melihat DVD nya sudah ada di tangan Distha.
  "Ogah ! beli sendiri sono !"seraya berjalan dan merebut DVD yang di pegang Distha,
  "Ahelah,pelit amat sama kakak sendiri,pinjem semalem doang,kakak mau maen di tempat Eric nih,dan kita kita pada belom nonton ni pelem Dara,segitunya deh,pinjem ya ? pleasee pleasee,iyakan,? pasti boleh,kamu kan adek kakak yang paling baek",kata Distha memelas dan mencoba mengambil hati Dara.
  "Pantes yang paling baek,adek cuma satu ini,gagal gombal !,"kata Dara,Distha hanya nyengir ga jelas saat itu.
  "Cepet balikin !!!"Kata Dara akhirnya sambil menyerahkan DVD yang sempat ia rebut kemudian membuka pintu hendak keluar kamar,dan merekapun meninggalkan kamar itu berbarengan,Distha menuju kamarnya,sedang Dara menuju ruang makan,di lihat mamanya tengah duduk sendiri disana,entah sedang melalukan apa,ia datang dan langsung membuka tutupan meja makan,mengambil sepotong ayam goreng yang masih ada di piring dan memakannya.
  "Kebiasaan kan,ga cucui tangan,!"kata mamanya melihat tingkah Dara.
 "Ini tangan ga ada bakterinya mah,udah mati semua bakterinya,takut bakteri sama kulit Dara."katanya dengan mulut penuh makanan.
 "Kebiasaan lagi,kalo makan itu jangan ngomong,"Dara menelan makannannya.
 "Nah,mamah ngomong pas lagi Dara makan,kalo ga di jawab kan dosa mah,di jawab malah salah,emang orang tua,selalu bikin yang muda serba salah,"katanya sambil geleng geleng kepala,suaranya di tenang tenangkan berusaha terdengar dewasa,tapi mendengar suaranya yang terdengar makin aneh dengan gayanya saat itu,Dara malah tertawa cekikikan.dan giliran mama nya yang geleng geleng kepala sekarang.
  "Mandi sana,abis gitu makan,udah jangan ketawa gitu Dara,serem mamah dengernya."
  Dara meletakkan kembali ayam goreng yang dimakannya tadi,dan bergegas menuju dapur mengambil minum,hampir saja mama nya menegurnya lagi akan kebiasaannya yang sering memakan makanan namun tak menghabiskannya,namun sudah bosan rupanya.bukan berarti makannya sedikit,setiap saat anak itu mengambil bermacam macam makanan,ia memakan banyak namun karna terlalu banyak macamnya jadi setiap makanan yang ia ambil tak kan habis.Dara muncul dari dapur dengan segelas minuman yang tinggal separuh,meneguknya habis dan meletakkannya di meja makan.
  "Ayah belum pulang mah ?"
  "Ya belum,biasanya juga pulang malem kan".jawab mamanya.
  "Oh iya,Dara kayaknya terserang amnesia nih mah !"katanya seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
  "Itu pengaruh karna belom mandi,sana gih,asem baunya."mamanya tersenyum.dan Dara pun melangkahkan kaki ke kamar mandi,sebelumnya ia meraih handuk yang terjemur di dekat balkon.

******

   Dara duduk di depan TV saat itu,rambutnya masih sedikit basah,ia memencet tobol chanel sekenanya,ga ada acara yang asyik,itu yang ada dalam benaknya,beberapa saat kemudian bel rumahnya berbunyi,ia cuek tak menggubris,berharap Distha keluar dari kamarnya dan membuka pintu depan,namun bel itu berbunyi lagi dan Distha maupun mamanya tak juga muncul,namun suara mamanya dari kamar terdengar berteriak.
  "Dara,sampe kapan kamu mau biarin tamu kita jadi patung di depan ?"
dengan malas ia mengangkat badannya dari sofa dan menyeret kakinya mendekati pintu serta membukanya,terlihat Dewa,teman Distha tengah berdiri disana,dan gerimis datang kembali malam itu,Dara menyuruh Dewa masuk dan beranjak masuk kembali memanggil kakak laki lakinya tersebut.sebelum itu,
 "Duduk dulu Wa,gue panggilin Distha dulu ya,"katanya,dan Dewa hanya mengangguk setuju serta menjatuhkan dirinya di sofa ruang tamu tersebut.
   Dara ke ruang tengah sambil berteriak dan duduk kembali di depan Tv,pikirnya Distha juga palingan udah tau Dewa bakalan dateng,mungkin mereka berencana nginep di tempat Eric dan berangkat bareng.
 "Kak....si Dewa dateng tuh !"kali ini ia sambil mengambil toples keripik dan membukanya lalu memakannya,merasa orang yang ia teriaki ga juga muncul,ia pun berteriak kembali.
 "Woy...Distha,dandan ya ? si Dewa tuh kessian nunggu !!!krauk..krauk..krauk "kali ini ia teriak sambil memasukkan keripik itu ke mulutnya.
 "Kak Distha Nes....lagian,si Distha udah pergi waktu kamu mandi tadi ketempat si Eric."jawab mamanya dari pintu kamarnya.sambil menegur Dara yang memanggil kakaknya tanpa sebutan kakak.
 "Nah loh,terus si Dewa Dara suruh nungguin dari tadi di depan."bersamaan dengan itu bunyi petir menggelegar terdengar,dan gerimis di luarpun berubah menjadi hujan lebat.
   Dewa yang sedari tadi menunggu di ruang tamu kini di hampiri oleh Dara dan mamanya,terlihat ia sedang memaikan asbak tak berisi di meja itu.
 "Loh,Dewa gatau ya kalo Distha malam ini mau nginep di tempat Eric,katanya rame rame."Kata mama Dara.Dewa yang menyadari ibu temannya itu datang langsung berdiri dan menyalaminya.
 "Iya tau tante,ini rencananya Dewa kesini biar bisa bareng Distha,oh dia udah berangkat ya tante."kata Dewa,"kalo gitu Dewa pergi ajah tante ya,makasih !''
 "Eh jangan,hujan gede Wa',disini aja dulu,entar kalo uda reda baru pergi,biar di temenin sama Dara,salah dia juga tadi ga langsung bilang ke kamu kalo Distha ga ada."
  Dara hanya memonyongkan mulutnya saat ia disalahkan,hujan memang terlalu lebat malam ini,dan tak mungkin Dewa pergi,satu satunya pilhan memang ia harus menunggu hujan reda,ia mengiyakan dan mengikuti Dara saat ia diajak ke ruang tengah untuk ngobrol sambil nonton Tv,Dara memang kenal dengan semua teman Distha,namun tak begitu akrab dengan Dewa,bawaan Dewa yang pendiam membuatnya jarang ngobrol dengan Dara saat mereka bertemu di rumah Dara untuk menemui Distha atau saat Dara menghampir Distha di sekolah.Beda dengan Eko dan Eric yang memang sering bercanda dengannya.
   Malam ini,di temani dua cangkir cappucino buatan mama Dara dan setoples keripik kentang,Dewa dan Dara bercerita banyak hal,awal mereka ngobrol ga terlalu akrab karna mungkin mereka agak berbeda,tapi karna Dara yang begitu bawel terbawalah Dewa dengan semua celoteh ringan yang di bawanya,sampai terkadang keduanya tertawa bersama,Dara bercerita tentang buku buku yang ia baca dan Dewa mendengarkannaya,dan tak jarang pula Dewa yang bercerita sedang Dara yang mendengarkan,tapi lebih banyak Dara yang berbicara,karna anak itu jika sudah mulai bercerita terkadang suka gamau berhenti.
  Pada sekitar jam 8,hujanpun mulai mereda,menyadari hal itu,Dewa berpamitan pada mama Dara untuk menyusul teman temannya di tempat Eric,setelah itu ia di temani Dara ke pintu depan.
  "Hahaha,emang bener ya kata anak anak"kata Dewa di depan pintu.
"Bener apa'an ? kalo gueternyata spiderman ? bo'ong itu,yang bener gue ini wonder women hahaha."katanya ngasal.
 "Bukan lu bawell,hehehe."Dewa pun tertawa.
 "Ini sih bawaan lahir."
 "Tapi Dara,boleh kasih saran ga ?"kali ini wajah Dewa berubah serius.Dara pun langsung mengangguk.
 "Tiap ngomong nafas dong....gue sampe gatau dimana titik dan koma dalam pembicaraan lu,"
 "Hahahahah....itu yang gabisa di rubah kayaknya."
  Setelah itu Dewa pun pergi,dan Dara menutup pintu dan kembali menonton Tv,merasa bosan ia menuju kamarnya,tak ada satu pun yang menarik untuk ia lakukan malam ini,hanya satu tempat yang terlihat jelas di matanya,ranjang.Dan ia pun melemparkan badannya lagi,melupakan PR,makan,dan melupakan bahwa sore tadi ia sudah tidur.

No comments: